Separuh Keping Harapan

Dia adalah Ahmad Alghifari Prayogo Basuki, seorang bocah kecil yang lebih dikenal dengan sebutan Bas. Hidup dalam limpahan kasih sayang keluarganya.

Bas kecil lahir melalui operasi caesar 9 tahun 1 bulan yang lalu. Tumbuh dengan masa balita yang penuh keceriaan dalam gelimangan kasih sayang orang-orang disekelilingnya. Lucu, gendut, pintar. Usia 2 tahun dia sudah memasuki sekolah pra TK, karena memang keingintahuannya yang tinggi.



Akhirnya meski belum cukup umur di usia 5 tahun Bas memasuki sekolah dasar, menjadi peserta ujian termuda dan masuk peringkat 5 besar, membuat kami orang tuanya, tidak kuasa menolak keinginan Bas yang untuk bersekolah meski diusia tersebut. Hari sekolah berlalu, Bas kecil selalu bangga mendapatkan hal baru. Jika mendapat nilai 10 dia selalu bilang "Syukron ya Allah"

Suatu hari di Bulan Juni 2006, Bas yang cerdas dan penuh peduli pada temannya, pulang dalam keadaan kelelahan, usai ekskul futsal katanya. Sambil bercerita penuh semangat, dia pamer padaku kepiawaiannya menendang bola. Sebagai ibu aku bangga sekali. Aku mengakhir percakapan kami dengan kalimat : "Karena Bas pintar dan bersemangat, Bas bilang apa sama Allah?" lalu dia menjawab "Terima kasih ya Allah, Engkau beri aku hebat hari ini" begitu katanya, akupun mengelus kepalanya dan mencium pipinya yang gembil itu. Gemes!

Masa ulangan umum mulai dekat, alhamdulillah Bas bisa melewatinya. Namun menjelang hari terakhir pekan ulangan umum, sesuatu terjadi pada Bas. Urinenya berwarna merah. Pembantuku menelpon dan aku segera pulang untuk membawanya ke dokter. Dokter bilang, itu penyakit biasa pada anak2. Solusi yang harus ditempuh adalah mengkhitankan Bas agar tidak ada sumbatan lagi diujung alat kelaminnya.

Sebagai orang awam, kami menurut apa saran dokter. keesokan harinya Bas pun dikhitan melalui operasi dengan pembiusan total. Lega rasanya setelah operasi berlangsung dengan baik. Buah hati kami kembali sehat. Kebahagiaan semakin sempurna rasanya manakala akhirnya Bas naik ke kelas 2 dalam usia 6 tahun mendapat nilai yang baik dan masuk dalam 3 besar. Subhanallah...., meskipun Bas sempat istirahat dan absen ulangan karena sakit, proses operasi dan istirahat pasca oprasi. Lagi-lagi, kami hanya bisa bersyukur padaNya atas nikmat ini.

Pasca oprasi, kondisi Bas membaik, urinenya jernih dan tidak ada keluhan susah pipis. Sebagai syukur kami, akhirnya 2 September 2006, kami membuat acara syukuran Khitanan dengan mengundang sanak-saudara, tetangga dan kerabat. Pesta kecil-kecilan ala kampung cerewet di bekasi. Seperti biasa, Bas yang penurut selalu ceria, energik dan tampil dengan kecerdasannya.

Hari demi hari berlalu, namun sesuatu terjadi lagi pada Bas, di pertengahan November 2006, dia mulai pipis darah lagi, berarti ada sesuatu yang tidak beres. Akhirnya karena pendarahan hebat Bas harus kami larikan ke rumah sakit, dirawat karena HBnya sangat rendah akibat pendarahan. Gumpalan darah itu pun mulai membuatnya susah mengeluarkan urin, padahal keinginan pipis sudah sedemikian menekan namun tidak bisa keluar.

Dokter menyarankan untuk transfusi darah karena HBnya sangat rendah. Keesokan pukul 4 dini harinya, diruang perwatan rumah sakit itu, 30 November 2006, Bas berteriak. "Ayah, aku mau pipis, tapi susah. Sakit ayah. Ayah tolong shalat ayah. Minta sama Allah. Biar Mama yang jaga aku. Cepet ayah!"

Suamiku berpikir sejenak, shalat tahajut sudah, hajat sudah. "Shalat sunat aja," selorohku. Suamiku pun segera wudhu dan shalat. Ketika rakaat terakhir menjelang salam, Bas berteriak. "Ya Allah tunjukkan padaku kebesaranMu Ya Allah. Buat aku bisa pipis. Aku mohon. Ayah sudah shalat." Lalu aku berbisik ditelinganya, "Asyhaduala ilaha ilallah" Bas berteriak lagi bersamaan dengan salam terakhir suamiku , Allahuakbar... Subhanallah..

Sesuatu muncrat, Bas pipis seperti semprotan selang kecil, mengotori dinding ruangan dan warnanya merah, darah, yang tersisa diwajahku dan perut Bas, gumpalan2darah yang menyembur dari lubang pipis kecil itu.

Aku menangis. Sujud syukur aku panjatkan atas kekuasaan Allah. Ketika tidak ada seorang dokterpun yang mampu mengeluarkan gumpalan darah itu selain melalui pembedahan. Allah mampu mengeluarkannya hanya karena Bas yakin bahwa hanya memohon pada Allah, deritanya terlepas. Subhanallah. (bersambung)

Sumber:http://www.matadunia.com/blog/2009/8/6/420/Separuh_Keping_Harapan.htm

Jangan Lupa Kunjungi:
www.muhammadrisal.com

Comments :

0 komentar to “Separuh Keping Harapan”


Posting Komentar