Saya akan memberikan contoh nyata, judulnya: “Doni membeli sebuah becak” Suatu waktu, Doni (masih orang yang sama) bertugas diluar kota Jakarta. Ia memiliki seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan membutuhkan saran transportasi yang aman dan murah. Tiba-tiba, muncul sebuah ide bagaimana soal trnsportasi ini bisa terselesaikan dan keamanan anaknya pun tetap terjamin. Diluar dugaan, Dony membeli sebuah becak, kemudian dipanggillah seorang bapak tua yang tidak memiliki pekerjaan, dan orang tua itu boleh mencari tambahan penghasilan lain dengan cara mencari penumpang. Perjanjian dibuat dan disepakati, termasuk setelah satu tahun becak tersebut akan menjadi milik si Bapak tua. Sebaliknya lagi, si Bapak berkewajiban menjaga keselamatan si anak. Dan tambahan lagi, becak tersebut hatus dihias bulu-bulu ayam berwarna-warni agar si anak senang.
Cerita ini adalah satu contoh kecerdasan hati yang berpegang pada prinsip, berpikir melingkar dan menggunakan radar hati. Saya akan coba mengulas sedikit tentang kejadian ini: Doni berprinsip pada keamanan si anak, tapi ia juga menimbang prinsip memberik kepada si bapak tua itu. Berprinsip pada kepercayaan ke bapak tua tersebut, berprinsip social, berprinsip mencipta lapangan pekerjaan, berprinsip membimbing si bapak tua, berprinsip meolong dengan cara memberi pekerjaan kepada si bapak tua, berprinsip menghitung (masa kerja satu tahun sebelum memiliki becak untuk si bapak tua). Inilah contoh berpikir melingkar.
Satu contoh lagi, pada tahun 1994 salah seorang sahabat saya, sebut saja namanya agus yang menjabat sebagai General Manager sebuah perusahan asing radio panggil nasional. Suatu hari seorang pelangganya di Medan (posisinya penting dan sangat berpengaruh di lembaga keamanan nasional) merasa kecewa dan marah karena sebuah rahasia pribadinya telah dibocorkan oleh salah seorang operator radio panggil perusahaan tersebut. Sang pelangan dari Medan tadi menuntut dengan memberi dua alternative pada perusahaan yakni menutup kantor radio panggil tersebut atau memecat si operator bermasalah. Kepala cabang wilayah Medan tidak bisa menganai permasalahan tersebut karena begitu keras dan seriusnya ancaman tersebut. Kemudian si kepala cabang tersebut menghungi Agus yang sendang berada di Kantor Pusat Jakarta dan menugasinya untuk segera terbang ke Medan. Agaus menimbang tiga factor secara bersamaan. Pertama, ia harus menyelamatkan perusahaan, kedua, ia harus mampu menenangkan si pelanggan, dan ketiga, ia juga harus memperhatikan masa depan operator bermasalah itu.
Keputusan yang diambil Agus kemudian yakni si operator harus menjelaskan duduk permasalahan yang terjadi kepada si pelanggan dengan sebenarnya, sekaligus memohon maaf kepadanya. Kemudian, karena kesalah dan kelalaian si operator maka Agus memintanya untuk undur diri dari perusahaan. Agus mengeluarkan surat pemberhenetian kerja yang ditandatangai oleh operator tersebut dan dirinya sendiri selaku Generl Manger. Namun ia masih memberi kesempatan kepada si operator untuk bekerja kembali pada perusahaan dengan syarat ia harus menemui si pelanggan untuk meminta maaf atas segala kesalahannya dan harus mendapatkan tanda tangan darinya. Tak lupa agus mengajarkan pada si operator untuk berani dan menjunjung tinggi sikap kesantunan dalam meminta maaf serta bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya secara jantan.
Selanjutnya sang operator menemui si pelanggan. Ketika bertemu, ia langsung mejelaskan bahwa ialah yang bersalah telah membocorkan rahasia tersebut secara tidak sengaja. Kemudian ia pun memohon maaf kepada si pelanggan. Si pelanggan langsung menampar wajahnya, namun si operator berusaha tetap diam dan menunduk sesuai anjuran Agus, General Mangernya. Si pelanggan melampiaskan amarahnya dengan kata-kata kasar dan itu berlangsung hamper satu jam. Setelah puas melampiaskan seluruh unek-uneknya, si operator yang sedari tadi diam itu pun berkata: “Saya minta maaf atas segala kesalah saya. Sekarang saya sudah diberhentikan dari perusahaan temapat saya bekerja. Temapat dimana saya mecari nafkah untuk anak dan istri saya.” Senyap sesat. Sang pelanggan tampak diam dan reda amarahnya. “Pak, sekarang saya sudah meminta maaf dan mengakui kesalahan saya. Saya pun sudah kehilangan pekerjaan sesuai dengan permintaan Bapk. Namun saya amat membutuhkan pekerjaan itu untuk menghidupi keluarga saya … maafkanlah saya! Mohon dengan segala hormat, kiranya Bapak bersedia mengandatangani surat yang saya bawa ini, bahwa saya telah Bapak maafkan.” Si pelanggan diam sejenak, menatap operator kemudan bekata: “Sini saya tandatangai!” Setelah kejadian itu, keesokan harinya si operator langsung melapor kepada atasannya samabil memperlihatkan surat yang sudah ditandatangani oleh pelanggan di Medan tersebut. Operator tersebut langsung diterima kembali bekerja sesuai janji sang General Manager.
Dalam peristiwa ini, Agus telah menyelamatkan tiga pihak yakni perusahaan tidak jadi ditutup, si operator yang bekerja kembali, dan pelangan puas karena telah diperhatikan dengan serius. Inilah contoh keputusan bijaksana yang berhasil memperhatikan semua sisi. Ia tahu bahwa sebenarnya manusia suka memaafkan apabila orang sudah mengakui kesalahannya. Ia pun tahu bahwa pelanggan membutuhkan perhatian, penghormatan, dan penghargaan. Keputusan yang diambil Agus sangat tepat, operator besalah itu harus berani bertanggung jawab dan berani meminta maaf. Perusahaan harus tetap diselamatkan karena menyangkut ratusan nasib karyawan dan masa depan operator itu pun tetap diperhatikan. Inilah contoh prinsip berpikir melingkar.
Take from ESQway165 Book
Sudut Pandang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Sudut Pandang”
Posting Komentar