Para pembaca mungkin sedikit banyak sudah mengetahui bagaimana proses hijrah Rasulullah saw bersama sahabatnya Abu Bakar ra. ke Madinah.
Semua kita tahu bahwa Rasulullah berhasil sampai di negri tujuan hijrah, Madinah Munawwarah. Kita juga tahu Rasulullah bersama para sahabat dan kaum muslimin berhasil membangun sebuah peradaban dan memiliki kekuasaan yang jangkauannya cukup luas. Kita sama-sama tahu di masa Rasulullah, Islam telah tersebar ke banyak negri. Tapi ada satu hal yang mungkin kita perlu cermati bersama.
Memang kemenangan dan keberhasilan tergantung pada pertolongan Allah. Tapi pertolongan Allah tidak turun begitu saja, sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah saw ketika berhijrah.
Rasulullah terlebih dahulu melakukan berbagai usaha. Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib ra. untuk tidur di peraduan beliau saw dan menggunakan selimut beliau. Beliau saw juga sudah memperhitungkan bahwa musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia dan sahabatnya Abu Bakar besembunyi di Gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di gua ini selama tiga hari.
Untuk menghilangkan jejak perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar ra. ke Gua Tsur, mereka meminta Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain itu susu kambingnya dapat mereka ambil pula.
Selama tiga hari bersembunyi di gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kekurangan makanan. Karena Asma, putri Abu Bakar senantiasa menyuplai makanan buat mereka.
Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua. Sebelum matahari terbit, Abdullah sudah berada lagi di Mekkah. Sehingga Rasulullah dapat mengetahui rencana para kafir Quraisy yang terus mengejar dan ingin membunuhnya.
Setelah dirasa keadaan cukup aman, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsur dan meneruskan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah.
Berbagai upaya yang dilakukan Rasulullah ini, hanya merupakan usaha manusia semata yang dilakukan secara maksimal. Adapun mengenai keberhasilan dan kegagalan merupakan hak Allah yang menentukannya.
Buktinya, walaupun Ali bin Abu Thalib diminta Rasulullah menggantikan posisinya di tempat tidur beliau, tetap saja ada yang mengetahui bahwa Rasulullah telah tidak di rumahnya. Pada saat itulah pertolongan Allah turun. Allah menutup mata dan hati para kafir Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah saw.
Meskipun sudah memperhitungkan secara matang, tetap saja para kafir Quraisy berhasil sampai di mulut Gua Tsur –tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi-. Namun karena adanya kekuasaan Allah yang mampu menggetarkan hati orang-orang kafir. Mereka tidak melongok ke dalam gua. Kekuasaan Allah pulalah yang memerintahkan burung merpati untuk bertelur di pintu gua. Allah pulalah yang berperan dengan memerintahkan laba-laba untuk merangkai sarangnya menutupi pintu gua.
Rasulullah dan Abu Bakar sudah memilih jalan yang aman menuju Madinah, tetap saja Suraqah bin Naufal mampu menemukan mereka. Lagi-lagi hanya karena pertolongan Allah yang menyebabkan kaki kuda Suraqah terperosok sehingga menyebabkan tak sanggup menangkap dan membunuh Rasulullah saw.
Begitulah perjuangan. Ia tak hanya cukup dengan kerja keras dan usaha maksimal, tapi juga memerlukan bantuan dari Allah. Sebaliknya, bantuan dari Allah tak bisa turun begitu saja. Ia memerlukan usaha yang maksimal. Dua faktor ini ibarat mata keping uang yang tak bisa dipisahkan.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad (47):7) (Disarikan dari buku Belajar dari Dua Umar, Bab 1 Antara Usaha dan Pertolongan Allah, karya Hepi Andi Bastoni)
Hikmah Di Balik Hijrah Rasulullah Saw
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Thanks