Kegagalan dalam membina suatu hubungan seringkali membuat kita kecewa, frustasi dan marah. Kita kecewa pada pasangan kita. Frustasi pada keadaan diri sendiri. Marah pada sikap dan perbuatan pasangan dan juga marah pada ketidakmampuan kita dalam membina suatu hubungan. Kegagalan ini bisa berakibat yang kurang baik di kemudian hari. Ketika kita akan memulai suatu hubungan yang baru, kita menjadikan kegagalan kita sebagai referensi. Kita sering kali berpikir, “jangan-jangan sama seperti yang kemarin-kemarin”. Kegagalan yang berulang-ulang, kadang membuat kita menjadi pribadi yang tertutup. Menutup diri terhadap peluang terbukanya sebuah hubungan yang baru.
Tetapi seringkali kita tidak mau mengakui, atau lebih tepatnya tidak menyadari, bahwa kita telah menutup pintu hati kita untuk suatu hubungan. Ketika kita dekat dengan seseorang, tanpa kita sadari kita telah membandingkan dengan mantan pasangan kita. Dalam hati kita berkata, “ah, tidak seperti si anu”, “si A masih lebih baik”, dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria tersembunyi itu telah tertanam di alam bawah sadar kita.
Sebagai akibat dari sikap menutup diri ini - yang justru sering kali kita tidak mau mengakuinya – membuat apa yang kita tampilkan di luar diri kita sangat jauh berbeda dengan yang ada di dalam diri kita. Bahkan mungkin sangat bertentangan. Kita bertindak seolah-olah kita tidak membutuhkan perasaan dicintai atau mencintai. Kita berpura-pura tidak membutuhkan pasangan. Menunjukkan sikap dan perasaan, bahwa tanpa pasangan, kita tetap akan baik-baik saja. Tetap bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Kadang kala, kita justru menunjukkan bahwa kehidupan kita justru lebih baik ketika kita hidup tanpa pasangan. Tetapi ini adalah sikap kamuflase.
Yang justru sering kali terjadi adalah keinginan dan kebutuhan kita akan perasaan cinta, telah kita tekan semakin dalam. Kita berusaha untuk mengecilkannya. Atau bahkan menghilangkan. Kita menyembunyikannya di tempat yang tidak mau kita kunjungi lagi. Kita menyimpannya dibalik topeng “kewajaran” yang kita tampilkan sehari-hari.
Pernahkan teman Anda mengatakan, bahwa Anda terlalu menutup diri terhadap peluang terjadinya suatu hubungan? Kalau ya, mereka ada benarnya. Karena yang mereka lihat dan amati dari sikap Anda adalah seperti itu. Hanya mereka tidak 100% benar. Ada suatu rahasia yang kita sembunyikan. Rasa ketakutan. Perasaan takut yang telah kita pendam. Yang telah kita tutupi dengan topeng kamuflase.
Perasaan takut timbul karena kita pernah mengalami kegagalan dalam membina suatu hubungan. Kegagalan yang berulang akan semakin memperbesar ketakutan kita. Semakin besar ketakutan kita, semakin kita berusaha untuk menyembunyikannya lebih dalam lagi. Kita makin rajin untuk menambal lapisan topeng “kewajaran” kita. Sebagaimana tiap ketakutan kita mempunyai alasan sendiri-sendiri, begitu juga dengan topeng kamuflase kita akan mempunyai wajah sendiri-sendiri.
Yang terjadi selanjutnya adalah rasa percaya diri kita akan semakin mengecil atau hilang sama sekali. Kita tidak mau membicarakan tentang hubungan dan perasaan cinta kita. Kita makin terbiasa dengan kondisi kita yang penuh dengan topeng “kewajaran”. Ketika ada orang yang bertanya masalah hubungan kita, kita merasa telah diserang, sehingga kita segera membangun benteng pertahanan. Bentuknya macam-macam. Misalnya, ada di antara kita yang menampilkan wajah sedih dan minta dikasihani. Ada yang menampilkan sikap yang menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik tanpa pasangan. Atau mengatakan bahwa si A –teman sebayanya- juga belum mempunyai pasangan.
Tetapi yang terjadi di dalam diri kita adalah kita tidak mau orang lain mengetahui kelemahan kita. Ketika kita membicarakan hubungan kita dengan orang lain, berarti kita harus siap untuk melepaskan topeng kita satu-persatu. Menjelaskan alasan kita satu-persatu. Dan pada akhirnya menunjukkan ketakutan kita yang telah lama kita pendam di alam bawah sadar kita. Sehingga kita tidak secara sadar menyadarinya. Kadang kala perasaan yang tertekan itu akan berusaha untuk muncul. Karena kita tidak mau menyadarinya, dia muncul dari alam bawah sadar kita. Dia muncul dalam bentuk mimpi atau khayalan. Misalnya, kita bermimpi menjalin hubungan dengan seseorang, berduaan dengan seseorang yang kita kenal atau orang yang tidak kita kenal, bahkan mungkin dengan artis atau orang-orang terkenal lainnya.
Saat Gagal Dalam Membina Hubungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Saat Gagal Dalam Membina Hubungan”
Posting Komentar